Beribadah tanpa memahami maknanya merupakan salah satu penyebab doa tidak dikabulkan Allah SWT.
“Berdoalah (mintalah) kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan untukmu." Demikian firman Allah dalam Alquran Surat Al-Mukmin ayat 60. Ayat tersebut memberi jaminan bahwa Allah akan mengabulkan doa yang dipanjatkan hamba-hamba-Nya.
Namun, ada kondisi-kondisi yang menyebabkan doa kita tidak mendapat perkenan dari Allah. Ada tiga jenis orang yang doanya tidak akan diterima Allah SWT. Pertama, orang yang melaksanakan ibadah, tetapi tujuan dan niatnya bukan mencari rida Allah SWT. Kedua, orang yang menganggap sepele dosa dan mempercampuradukkan perbuatan baik dengan perilaku maksiat. Ketiga, orang yang tidak memahami makna ibadah sehingga ibadah yang dilakukan tidak menimbulkan efek positif dalam perilaku sehari-hari.
Rasulullah SAW pernah bersabda, sesungguhnya Allah SWT tidak akan menerima amal seseorang kecuali ia berbuat ikhlas karena Allah SWT. Tidak jarang manusia yang menganggap sepele dosa dan tidak memaknai ibadahnya. Mereka mencampuradukkan ibadah dengan kemaksiatan. Golongan tersebut termasuk yang doanya tidak akan diijabah oleh Allah SWT.
Dosa mungkin tidak selalu dapat dilihat dan diukur oleh orang lain. Namun, dosa dapat dirasakan diri sendiri. Hanya diri sendiri dan Allah SWT yang tahu seberapa besar dosa yang telah diperbuat. Seseorang bisa saja terlihat sangat baik dan alim, tetapi batinnya tidak akan pernah bisa berbohong akan apa yang sebenarnya telah dilakukan. Begitu juga dengan ibadah, hanya ia yang tahu apakah dirinya ikhlas dalam beribadah. Banyak manusia yang beribadah, tetapi tidak mengerti maknanya.
Banyak umat Islam yang menjalankan puasa Ramadan hanya karena rutinitas atau sebatas mengikuti kebiasaan tanpa niat karena Allah SWT. Padahal, Ramadan merupakan momen istimewa. Saking istimewanya, di setiap awal Ramadan Rasulullah SAW selalu berdoa agar diberi kesempatan hidup hingga bulan suci itu usai agar ia bisa menggenapkan ibadah.
Jadi alangkah malangnya orang yang berpuasa tetapi tidak memahami maknanya. Juga tidak menjalankan ibadah lainnya, terutama salat. Salat adalah tiang agama. Siapa yang sengaja meninggalkan salat, ia kafir. Karena salat dapat mencegah kita dari perbuatan dosa dan kemungkaran. Ini banyak sekali terjadi. Padahal, jelas salat adalah perintah wajib yang merupakan bagian dari rukun Allah SWT.
Dikisahkan, ada satu percakan antara kaum sufi dengan binatang. Inti percakapan tersebut ialah ketika seekor babi mengatakan sesungguhnya dirinya jauh lebih beruntung dari siapa pun manusia yang tidak mengerjakan salat. Karena ketika sama-sama mati, jasad babi hanya menjadi makanan dicing. Sementara umat Islam setelah meninggal nanti akan mempertanggungjawabkan setiap perbuatannya di dunia di hadapan Allah SWT, dalam sebuah pengadilan yang luar biasa adil.
Dalam Alquran Surat At-Taubah ayat 485 Allah berfirman yang intinya janganlah kamu menyalatkan salah seorang di antaramu yang tidak salat. Jangan pandang hal-hal lain dalam kehidupannya. Karena bila ia tidak salat, haram bagi manusia yang hidup untuk menyalatkannya.