Hai guys, kali ini saya akan bahas mengenai tips-tips menulis novel berdasarkan kisah nyata. Eh sebelumnya, sudahkah nonton film AAC2? Wahhh, ini yang bikin susah move on kayanya. Ok, penulis buku AAC2, Habiburrahman El-Shirazy merupak salah satu penulis handal ternama di Indonesia selain mbak Asma Nadia. Kisah kisah yang dihadirkan sarat dengan makna karena memang setidaknya kemiripan kisah yang dihadirkan di dalam novel seperti nyata di kehidupan sehari-hari.
Lantas, bagaimana sih tips menulis novel berdasarkan kisah nyata?
Perlu kita pahami, apa sih tujuan kita menulis? Hanya sekedar menulis atau ingin menyampaikan pesan tertentu? Tentunya kita menulis ingin memberikan pesan pada pembaca tentang kisah yang dihadirkan dalam novel. For the first, langkah awal setelah menetapkan tujuan menulis, maka kita harus menentukan subjek atau tentang apa kah yang akan kita tulis. Menulis adalah mengkombinasikan imajinasi, adapun substansi untuk menulis novel bisa diambil dari kisah hidup orang lain, keluarga, kerabat atau tokoh inspirasi kita. Sehingga dengannya kita akan menulis serta membagikan pada khalayak agar bisa menyebar kebaikan dan semangat hidup tokoh.
Fiksi, dalam benak kita telah mensetting rentetan sinonim dari fiksi yang berarti khayalan, imajinasi, dan kebebasan. Dalam menulis fiksi diperlukan umpan sebagai dasar dalam mengembangkan imajinasi yang menjadi pemaparan kisah. Adapun umpan yang bisa digunakan adalah umpan waktu, tokoh, tempat, maupun klimaks dari alur cerita. Sebagai contoh kita menemukan umpan tokoh yang menarik, maka kita dapat menulis permulaan dengan menjabarkan tokoh serta penokohan dengan semenarik mungkin, meski dalam realita adalah biasa saja namun dalam penulisan fiksi disajikan dengan menambah atau mengurangi gambaran tokoh tanpa mengurangi realitasnya karena ini demi kepentingan penulisan fiksi.
Pada penulisan fiksi, diksi dalam hal ini adalah sebagai bumbu dalam cerita supaya lebih menarik. Kita bisa bayangkan buku buku seperti buku sejarah ataupun buku ilmiah tentu menggunakan bahasa yang baku. Contoh alam buku sejarah mebahas mengenai toko pahlawan, diceritakan dengan mengguanakan bahasa yang baku seperti “Soekarno”, maka dalam buku akan ditulis cukup dengan menyebutkan nama tokoh, lahir tahun sekian, bertempat di, dan lain sebagainya. Namun apabila di sajikan dalam fiksi dengan memakai bumbu diksi yang indah maka tokoh akan dijabarkan sedemikian rupa dari mulai keadaan tokoh, deskripsi fisik serta batin tokoh, suasana pada saat itu, lingkungan dan peristiwa yang terjadi.
Dalam membuat kerangka tulisan bisa dimulai dari konflik dengan endingnya dulu. Konflik dibuat semenarik mungkin , bagaimana klimaksnya, apakah sudah pas apabila di deskripsikan secara singkat? Masalah tentang siapa yang akan menjadi tokoh itu bukan hal utama, tokoh bisa divariasikan apabila alur sudah dapat di dapahmi. Dalam membuat konflik, bisa dimulai dari klimaks, kemudian menghadirkan konflik-konflik kecil setelah klimaks atau sebelumnya.
Point yang bemakna dalam novel apabila novel tersebut dapat memberikan makan di benak para pembaca. Untuk menghadirkan pesan bisa di sampaikan lewat penokohan ataupun konflik yang terjadi. Pesan tersirat yang dihadirkan akan lebih melekat dalam ingatan apalagi dikemas dengan semenarik mungkin, bahan dapat menyetuh hati para pembaca.