Bakat atau talenta adalah anugerah bagi seorang yang memilikinya. Fungsinya, sebagai penyokong alami dari berbagai kreativitas hingga atletisitas. Semua manusia, tak terkecuali kita, tentu memilikinya. Akan tetapi, tak semua orang tahu apa yang sebenarnya menjadi bakat atau potensi yang dimiliki.
Pada dasarnya, setiap manusia memiliki potensi yang tidak terbatas. Hanya saja, banyak orang yang tidak tahu bagaimana cara untuk menggali potensi tersebut. Lebih jauh lagi, bahkan tidak mengetahui apa yang menjadi potensi dalam dirinya. Kalau pun tahu, akibat mental blocking bahwa dia tidak bisa di bidang itu, akan berhenti di bidang itu, padahal sebenarnya ia memiliki potensi di bidang tersebut.
Secara alamiah, banyak pula orang yang terutup terhadap hal-hal yang terkait dengan kemampuan alami mereka. Sehingga bisa dibilang, potensi yang dianalogikan sebagai harta karun ini, terlewatkan begitu saja, atau bahkan tak tersentuh selama bertahun-tahun.
Padahal, ketika seseorang mampu mengenali potensi tersembunyinya, dia akan bisa mengukur seberapa dalam manfaat dirinya untuk orang lain, seberapa cerdas kemampuan otak yang dimiliki, hingga memasuki sumber daya mengagumkan yang bisa membantu dalam setiap aspek kehidupannya.
Lebih jauh lagi, seseorang yang telah mengenali bakat dan potensi yang ada di dalam diri, bisa saja menemukan salah satu tujuan terbesar menyangkut eksistensi dan tujuan hidup. Lalu, seberapa besar potensi seorang manusia yang bisa digunakan? Jawabannya tergantung pada seberapa dalam seseorang mau menggali potensinya.
Usia yang biasanya mulai bisa diobservasi untuk menggali bakat dan potensi berkisar antara tiga hingga lima tahun. Sangat memungkinkan jika bakat atau potensi sudah bisa terlihat sejak usia kurang dari tiga tahun ataupun lebih dari lima tahun.
Bakat atau potensi tersebut akan semakin terasah ketika terjadi kombinasi antara potensi bawaan dan stimulasi lingkungan. Misalnya, seorang anak yang memiliki IQ tinggi, tetapi karena tidak mendapatkan gizi yang baik atau stimulasi yang cukup dari lingkungan, potensinya bisa tumpul. Bukan hilang sepenuhnya, hanya terkubur.
Ketika sudah berusia lebih dari lima tahun atau bahkan di usia kita saat ini, bukan tak mungkin jika kita baru mulai mengetahui potensi yang ada. Tak ada kata terlambat, yang penting mengetahui bagaimana cara menggalinya lebih dalam.
Lalu, sebaiknya, cara apa yang bisa dilakukan untuk menggali potensi yang masih "bersembunyi" di dalam diri?
Yang paling mudah, membuat list minat. Misalnya, senang terhadap apa saja. Dari situ, bisa diturunkan lagi seberapa sering kita rutin melakukannya. Disebut potensi atau bakat, ketika kesenangan itu sudah menjadi kebiasaan serta seseorang itu lebih responsif dan lebih mudah melakukan hal tersebut, dengan upaya yang sama dengan orang lain atau bahkan lebih sedikit.
Ketika sudah mengetahui potensi yang dimiliki yang dibutuhkan untuk memaksimalkan potensi tersebut adalah ketekunan. Rasa bosan dan terjebak dengan konsep diri yang negatif, hanya akan menjadi penghalang.
Orang yang sebenarnya bisa, kemudian merasa tidak bisa sehingga dia tidak bisa. Maka, jauhkan konsep diri negatif itu kalau mau berkembang.