Fakta Tentang Curhat...

Fakta Tentang Curhat...

Dika Mustika
3 Apr 2018
Dibaca : 2455x

Curhat, curcol, atau apapun namanya, adalah aktifitas yang rasanya pernah dilakukan kebanyakan orang. Ketika penat melanda, ketika rasanya kepala terlalu penuh dengan ini itu seakan tak terbendung dalam kepala ini, curhatlah salah satu yang menjadi pilihannya! Cobalah kalian ingat-ingat, pernahkah kalian menjadi peng-curhat atau yang dicurhati? Lebih sering berada dalam posisi manakah, sebagai peng-curhat atau yang dicurhati?

 

Semalam dan sore tadi aku mendapatkan pengalaman yang berhubungan dengan ‘curhat’ ini. Malam lalu aku membaca buku mengenai pentingnya kita memahami orang lain. Menurut buku tersebut, untuk bisa memahami orang lain, kita sebenarnya hanya perlu mendengar, mendengar dengan tulus. Mengapa mendengar? Lewat mendengar itulah kita bisa menyelami perasaan lawan bicara kita. Dengan kita menyelami perasaan lawan bicara kita, kita paling tidak bisa mengidentifikasi apa yang sedang dirasa lawan bicara kita tersebut. Jangan jadikan alasan, “Aku sering tidak bisa memberikan solusi ketika ada yang curhat, jadi aku ‘not welcome’ ketika ada teman yang akan curhat.” Tahukah kalian, ketika ada yang sedang ingin curhat, sebenarnya tidak selalu mereka ingin mendapatkan solusi lho dari kita. Mereka hanya butuh ‘pit stops’ untuk mengeluarkan ‘ini-itu’ yang sudah terlalu penuh dalam pikiran.  Mendapatkan solusi bagaikan bonus bagi mereka.

 

Sedangkan sore tadi, aku seakan mendapatkan pengalaman untuk mengaplikasikan apa yang kubaca dari buku di malam sebelumnya. Tadi ada seorang teman yang sebenarnya jarang kujumpai, namun karena sesuatu akhirnya ia mengantarkanku pulang. Nah, di perjalanan itulah dia tiba-tiba mencurahkan luapan pikirannya. Jujur, aku sempat tak menyangka jika dalam perjalanan yang ‘langka’ terjadi tadi dia curhat cukup banyak. Hal yang ia ceritakan pun sebenarnya di luar kapasitasku untuk memberi saran atau membantu memberikan solusi. Tapi aku ingat....ketika ada yang curhat, just listen! Dengarkan saja (dahulu). Dengan ia tuntas mengeluarkan curahan hatinya, paling tidak itu mengurangi beban pikirannya, dan hal ini berarti mendekatkan ia pada solusi. Mungkin solusi bukan berasal dari kita (pendengar curhat-nya), namun ketika peng-curhat mengeluarkan curahan hatinya, tanpa sadar ia merunutkan kejadian-kejadian yang menimpanya, ini membantunya untuk lebih berpikir jernih, dan dari pikrian jernih inilah biasanya terbuka pikiran untuk menemukan solusi.

 

Selanjutnya, coba pikirkan kapan kita terakhir merasa sungguh membutuhkan orang yang bisa dicurhati? Masih ingatkah bagaimana rasanya, betapa kita butuh seseorang untuk bisa mendengarkan kita secara langsung? Betapa pesan tertulis rasanya tidak mempan menjadi media curhat kita. Nah, pikirkan rasa itu ... pikirkan bagaimana sikap yang dapat kita tunjukkan ketika ada teman yang ingin curhat pada kita.  Jika ingin kalian termasuk peng-curhat, jadilah juga orang baik yang mau dicurhati...seek first to be understand than to be understood, begitu yang disebutkan oleh Steven Covey dalam salah satu dari tujuh kebiasaan baiknya.

#Tagar Berita

Artikel Terkait

Artikel Lainnya

Berita Netizen Terupdate
Copyright © 2024 GueBanget.com - All rights reserved
Copyright © 2024 GueBanget.com
All rights reserved