Sore tadi aku menyaksikan film yang bukan hanya menghibur. Namun ada makna lebih dari sekedar hiburan. Sebenarnya ini adalah hal yang umum terjadi dalam sebuah plot adegan perfilm-an. Namun, ini cukup menarik jika kita kaitkan dengan keseharian kita. Ini tentang hal yang cukup umum kok. Ini adalah tentang menolong.
Dikisahkan ada seorang A yang karena kebetulan, ‘terpaksa’ menolong si B. Awalnya ia menolong dengan motif keterpaksaan karena dihadapkan dengan tidak adanya pilihan. Namun, lambat laun menolongnya ini ternyata membawanya kepada hal lain. Hal yang justru mendekatkan A dengan sesuatu yang ia cari selama ini. Akhirnya menolongnya pun menjadi berkepanjangan. Motif keterpaksaan dalam menolong perlahan menghilang. Mengapa? Karena ia menyadari bahwa ia lah yang sebenarnya membutuhkan pertolongan, bukan (hanya) B.
Dalam hidup, terkadang kita hanya melihat sesuatu dari satu persepsi saja. Bahwa seseorang membutuhkan pertolongan kita. Padahal sebenarnya ada sudut lain yang (mungkin) akan memperlihatkan hal yang berbeda. Ada kata bijak yang menyebutkan, “Ketika kita menolong orang lain, sebenarnya saat itu kita sedang menolong diri sendiri.” Hal ini mengingatkanku pada pengalaman di sebuah tempat. Di tempat tersebut, orang-orangnya sangat senang jika ada yang meminta tolong. Orang-orang di sana seakan berlomba memberikan pertolongan. Aku terpukau sekaligus heran dengan budaya ini. Tampaknya orang-orang di sana sudah sangat paham bagaimana memaknakan ‘menolong’ ini. Bukan berarti kita menolong untuk mengharapkan sesuatu ya. Tapi menolong adalah bagaimana memberikan kesempatan pada hati kita untuk berbicara dengan ‘hati-hati’ lainnya.
Dan menolong ini bukan hanya terhenti dengan memahami bahwa dengan menolong orang lain, sebenarnya kita sedang menolong diri sendiri. Dari menolong ini tumbuhlah cinta dan kasih sayang. Inilah dampak dari ‘hati-hati’ yang berbicara. Masih berdasarkan film tadi. Jadi setelah A memahami bahwa sebenarnya ia lah yang membutuhkan pertolongan, kemudian ia terus menerus menolong B. Hingga ia kemudian memutuskan untuk ‘mengorbankan’ dirinya sebagai bentuk pertolongannya pada B. Tak disangka, di akhir justru B lah yang lebih dahulu melakukannya, ia lah yang justru mengorbankan diri untuk si A. Intinya imbas dari tolong menolong ini, di akhir kisah A dan B saling mendahului ingin mengorbankan diri.
Menolong ternyata menumbuhkan cinta dan kasih sayang. Menolong adalah bagaimana hati bertindak dan lewat ini jugalah cinta dan kasih sayang tumbuh, tanpa perlu dinyatakan. Ini adalah cinta dan kasih sayang yang luas, bukan berbatas hanya pada keluarga atau pasangan saja, namun pada lingkungan di mana kita berada. Nah, sudahkah kamu menolong (dirimu) hari ini?