Ini adalah tentang pilihan. Pilihan rasa apa yang ingin kita nikmati. Pernahkah kamu menghadapi sebuah situasi yang cukup menguras emosi? Emosi kecewa, sedih, marah, atau berbagai emosi lainnya. Sikap apakah yang kamu pilih untuk lalukan dalam menghadapi berbagai emosi tersebut? menangis, cemberut, ingin melempar barang, berteriak, atau ada pilihan sikap lainnya? Kita ambil salah satu emosi yang rasanya pernah dialami oleh setiap orang. Misalnya ‘kecewa’ dan pilihan sikap yang diambil adalah diam dalam kesal dan mempermasalahkan terus penyebab kecewa kita tersebut. perasaan pun terasa marah dan berasa semua menjadi salah. Aktifitas kita juga menjadi tidak berjalan dengan semestinya. Dan kita tidak dapat menikmati episode ‘kecewa’ tersebut karena sibuk dengan menyalahkan penyebabnya. Jika kita ‘ganti rasa’ bagaimana cara menghadapi ‘kecewa’ ini, kita lihat apa dampaknya bagi aktifitas kita. Emosi sama tapi kita coba ganti rasa. Ketika kecewa, kita boleh kesal, namun terus maju bukan larut dengan menyalahkan pihak lain atas kekecewaan kita. Coba pahami, hal apa yang ada di balik ‘kecewa’ ini. Pihak lain, tidak selalu ada dalam kemampuan kita untuk mengubahnya. Namun yang ada dalam kemampuan kita untuk mengubah sesuatu yang berkaitan dengan ‘kecewa’ tersebut adalah bagaimana kita mengubah pikiran kita untuk merespon berbagai emosi. Dengan mengubah ‘kecewa’ sebagai proses belajar, efek negatifnya tidak akan sebesar jika kita terus larut dalam ‘kecewa’. Dengan belajar dari ‘kecewa’ efek negatif akan berkurang karena porsi pikiran kita terbagi kepada proses belajarnya juga. Jika tidak ada proses belajar, makan pikiran kita hanya terfokus pada proses menyalahkan pihal lain. Dengan berbagi pikiran dengan proses belajar, ini mengurangi efek negatif ‘bahaya’ emosi. Ketika kita memilih untuk memilih rasa yang lebih positif, makan kita pun akan lebih bahagia dalam menerima emosi apapun.
Ambillah contoh kisah seorang teman. Sore itu ia pulang kerja dengan terburu-buru karena akan menjemput istrinya dari rumah sakit. Istrinya dirawat selama beberapa hari dan hari itu adalah hari istrinya akan pulang dari sana. Sesampainya temanku ke rumah sakit, ternyata ia diberi kabar bahwa istrinya masih belum diizinkan pulang karena masih belum sembuh betul. Padahal suami tersebut sudah mempersiapkan kejutan akan kepulangan istri tersayang. Apa mau dikata, kecewa memang terasa nyata. Namun bisa dipilih rasa apa yang akan menemani perasaan ini. temanmu memilih untuk tetap senang walaupun urung menjemput istri. Akhirnya agar bisa tetap menikmati momen walau pun istrinya masih di rumah sakit adalah ia pun mampir ke restoran kesukaan yang terletak di dekat rumah sakit, tentu saja ia akan menikmati makanan tersebut berdua dengan istrinya. Di kamar, istrinya sangat senang ia membawakan makanan kesukaannya. Terbayang jika sang suami kecewa dan mempengaruhi aktifitas lainnya, mungkin bukan senyuman dari istri yang ia akan peroleh dari kejadian ini. Dan juga bukan senyum dari dirinya sendiri.
Coba, cobalah rasakan pergantian rasa yang kita pilih. Misal ketika ada ‘kecewa’ kita marah. Bandingkan jika ‘kecewa’ kita sampaikan maksudnya dan juga pikirkan sedang belajar apa dari sini. Dengan ini kita jadi lebih menikmati emosi-emosi yang ada dan ini dapat membuat hidup lebih positif!