Guebanget.com- Wow….ini sesuatu yang menarik untuk kalian girls, yuk kita simak apa sebenarnya definisi dari keperawanan yang selalu dijadikan tombak untuk melamar seorang gadis yang sudah usia untuk segera menikah.
Selaput dara begitu diagungkan karena dilekatkan dengan konsep keperawanan. Namun, apakah keperawanan itu sendiri merupakan gagasan yang objektif?
Sebagian dokter masih tidak yakin dengan fungsi selaput dara sebenarnya. Mereka berpikir, selaput dara tidak punya fungsi khusus atau signifikan dalam tubuh perempuan. Ironisnya, saat dunia medis saja masih memperdebatkan soal fungsi selaput dara, mitos-mitos seputar hal ini sudah dibangun dari generasi ke generasi, diteruskan hingga kini dalam macam-macam kebudayaan.
Ada yang bilang, patokan perempuan perawan adalah keutuhan selaput dara. Bila membran tipis ini robek atau saat berhubungan seks pertama kali dia tidak berdarah, artinya dia sudah pernah bersetubuh dengan seseorang alias tak suci lagi. Ini adalah kesalahan kaprah yang jamak diamini masyarakat.
Selaput dara bisa robek karena macam-macam aktivitas: berolahraga, menggunakan tampon, atau kecelakaan. Seksolog pun telah menemukan beberapa kasus di mana perempuan yang lahir tanpa selaput dara. Jika keadaannya demikian, masih adilkah bila selaput dara dijadikan tolok ukur keperawanan?
Banyak peneliti sosial-humaniora yang menyatakan bahwa keperawanan merupakan konstruksi dalam budaya patriarkis. Kesucian dan keberhargaan perempuan dinilai dari keperawanannya. Padahal, perspektif mengenai batasan perawan atau tidak sangat beragam.
Mitos lain, adalah soal selaput dara robek pada pengalaman pertama bercinta, faktanya tidak semua selaput dara rusak dan menyebabkan perempuan berdarah saat mengalami penetrasi. Ketebalan selaput dara tiap perempuan berbeda, ada yang begitu fleksibel, ada pula yang gampang robek.
Batasan keperawanan masih mengundang pro dan kontra, tetapi berbagai pemegang kuasa malah menggunakan glorifikasi keperawanan dan selaput dara untuk mendiskriminasi perempuan.
Keperawanan menjadi wujud paling kentara perlakuan tak adil terhadap perempuan. Perempuan baik adalah perempuan yang masih perawan sampai menikah.
Pahitnya, sistem budaya macam ini memberi makna-makna terhadap sesuatu yang berimbas pada pelabelan, sikap diskriminatif, sampai eksklusi sosial terhadap perempuan.
Lain dari pada itu semua, yang terpenting untuk seorang gadis yang masih suci akan terlihat saat dia masuki pernikahan, pasangannya akan merasakan kesucian itu, bukan dinilai dari keperawanan seorang gadis.
Kalau tolak ukur seorang gadis dinyatakan suci untuk bisa dijadikan istri karena keperawaan,itu sudah merupakan suatu ajaran yang salah. Tapi kalau karena keimanan dia kepada Tuhan YME yang menjadi tolak ukur untuk menjadikannya seorang istri itu adalah benar.
Semua ada penjelasannya tergantung kita melihat dari sudut pandang yang mana.
Soo ladies tetap saja apapun itu berhubungan badan sebelum menikah resmi adalah perbuatan yang tidak baik dimata Tuhan dan msayarakat.