Sudah tercium bau-bau pengkhianatan dari Joko Widodo, yang tidak mau mengikuti aturan partai. Pada saat PDI Perjuangan memutuskan untuk mencapreskan Ganjar Pranowo, Gibran menyatakan netral dan menerima Prabowo Subianto di kediamannya di Solo. Kejadian itu, membuat Gibran dipanggil oleh DPP PDI Perjuangan untuk mengikuti keputusan partai.
Kemudian pada acara 17 Agustusan di Solo, Gibran memakai baju dengan tulisan “Petugas Parkir”, dengan tujuan menyindir PDI Perjuangan yang selalu menggunakan istilah “Petugas Partai”.
15 Oktober 2023, Projo, relawan Jokowi sudah menyatakan dukungannya kepada Prabowo Subianto. Hal ini membuat PDI Perjuangan marah besar, Jokowi sebagai orang PDI Perjuangan, tidak mengikuti keputusan partai, malahan ingin mempertahankan kekuasaan lewat anaknya, yang mencalon sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo Subianto.
Pada saat pencalonan Gibran menjadi Walikota Solo juga, menggunakan ancaman KPK kepada anggota PDI Perjuangan, jika tidak mencalonkan Gibran sebagai calon walikota Solo, karena sebelumnya PDI Perjuangan sudah memiliki calon sendiri untuk dimajukan sebagai walikota Solo. Disini terlihat Jokowi bisa menggunakan KPK sebagai alat politik untuk menekan partai, walaupun itu partai pengusungnya sendiri.
Sekarang Jokowi sudah terang benderang melawan PDI Perjuangan, karena merasa kuat, merasa memiliki relawan “Musra”, yang bisa menjadikannya sebagai partai baru, jika dipecat oleh PDI Perjuangan.
Yang sebelumnya, Jokowi digadang-gadang akan menjadi ketua umum PDI Perjuangan, sekarang tertutup. Karena terlihat sekali pengkhianatannya, berani mengancam partai pengusung dan menolak ikut keputusan partai, mulai dari Joko Widodo sampai Gibran, yang merasa PDI Perjuangan hanya sebagai contributor saja.
Prabowo menggandeng Gibran, karena mengetahui cawe-cawe Jokowi bisa merubah jumlah suara di KPU, jadi kemungkinan untuk menjadi pemenang pemilu sangat besar.
Pengkhianatan oleh Joko Widodo dan dinastinya, akan membuat PDI Perjuangan menarik dukungan dalam mengajukan sebagai eksekutif pemerintahan. Tetapi mungkin saja, Prabowo Subianto sudah memberikan garansi kepada dinasti Jokowi bisa mencalonkan melalui Gerindra. Hal ini yang membuat Jokowi berani berkhianat kepada PDI Perjuangan. Dukungan Gerindra bisa dijadikan kendaraan politik untuk dinasti Jokowi dalam pilkada November 2024. Setelah November 2024, Jokowi akan membuat partai sendiri, untuk mempersiapkan dinasti dalam menghadapi pemilu 2029.