Membayangkan kari, semangkuk makanan dengan kuah agak kental berwarna keemasan akan langsung terlintass dalam imaji. Aromanya kuat, berasal dari paduan berbagai macam rempah. Rasanya yang gurih dan sedikit pedas biasanya terus meninggalkan kesan di lidah.
Karena kelezatannya itulah kari dikenal hingga ke berbagai negara di dunia. Tak heran masyarakat dari banyak negara memiliki tekni tersendiri dalam mengolah kari. Selain teknik memasak, perbedaannya terletak pada rempah-rempah yang digunakan. Rasa dan penyajiannya sudah pasti berbeda.
Berdasarkan sejarahnya kari berasal dari India. Kabarnya istilah kari berasal dari bahasa Tamil yang artinya saus. Dalam perkembangannya, kari diartikan sebagai aneka macam sayur-sayuran dan daging yang disantap bersama nasi putih.
Awal penyebaran kari dimulai dari kawasan India selatan yang meluas hingga Pakistan, Sri Lanka, hingga ke Asia dan Eropa. Di Inggris, hidangan ini pertama kali diperkenalkan pada abad ke-18. Kala itu, orang-orang Inggris merasa rindu pada olahan kari India sehingga mereka berinisiatif untuk membuat bubuk kari (curry powder). Pada masa kolonial, India menjadi salah satu wilayah kekuasaan Inggris di kawasan Asia.
Di tanah air, kari dibuat sebagai kuah bersantan yang agak encer, dengan cita rasa gurih dan pedas. Tak seperti kari ala India atau Arab, kari di Indonesia terbilang memiliki racikan bumbu yang tak terlalu semarak.
Soal rasa, jangan ditanya. Apalagi jika dipadukan dengan lontong, perut akan dengan mudah terpuaskan. Oleh karena itu, sangat mudah menemukan penjaja lontong kari di berbagai wilayah di Indonesia.
Cara menjajakannya pun cukup variatif. Mulai dari keliling kampung menggunakan pikulan dan gerobak, di dalam warung atau kedai, hingga restoran bergengsi dan hotel berbintang. Seporsi lontong kari biasanya disajikan bersama lontong dan kuah kari berisi tetelan, bersama kerupuk mi atau kerupuk merah.