Apa yg tidak ironi di negeri ini, Nikel ditambang dengan merusak alam, bahkan limbahnya dibuang ke laut begitu saja, kemudian di ekspor ke China utk energi hijau kota -kota di sana.
Punya kebun kelapa sawit terbesar di dunia tapi sdh 7 bulan gak bisa menurunkan harga minyak goreng, padahal sudah berapa menteri yg ditugasi utk menangani, sampai malah ada menteri yg dipecat.
Pernah menjadi negara yg bisa swasembada pangan, kini menjadi importir pangan dari beras, ubi, singkong sampai sayur -sayuran. Bahkan di zaman dijajah Belanda saja menjadi eksportir gula, kini menjadi importir nomer wahid gula putih.
Pernah menjadi eksportir tekstil nomer satu ke Amerika bahkan dunia, kini pabrik2 tekstil hancur lebur bahkan mangkrak.
Pemilu masih memakai kotak kardus, dan DPT berantakan, tapi isi solar dan pertalite , serta sebentar lagi beli tabung gas 3 Kg pakai aplikasi my Pertamina , dan beli minyak goreng curah pakai aplikasi lindung peduli.
Bangun kereta cepat China Jakarta- Bandung, tapi ibu kotanya tetiba pindah dari Jakarta ke Kalimantan.
Yg tidak ironi mungkin jalan tol dan Bandara ya?Dulu gak punya jalan tol sepanjang sekarang, meski sebagian dijual lagi ke perusahaan asing. Demikian juga dengan Bandara, dulu gak punya Bandara sebanyak sekarang, meski Bandara yg sekarang ada yg akhirnya dijadikan bengkel pesawat.
Ironi negeri yang penuh kepentingan pribadi dan oligarki namun berselimut kepentingan rakyat.