Tak Perlu Sakit Dulu Untuk Bersyukur

Tak Perlu Sakit Dulu Untuk Bersyukur

Dika Mustika
2 Feb 2018
Dibaca : 2294x

Beberapa pagi yang lalu aku terbangun dengan kondisi yang kurang menyenangkan. Malamnya sebelum tidur, aku baru tersadar kalau aku terkena iritasi mata. Sudah terlalu malam jika aku harus pergi ke dokter atau apotek kala itu. Jadi, ya aku hanya browsing di internet mengenai berbagai cara alami untuk menyembuhkan sakitku. Aku mencoba melakukan cara yang kubaca sebelum tidur, namun  ketika terbangun, mataku masih perih dan gatal. Ketika kubercermin, terlihat juga jika mataku agak membengkak. Semalaman tidurku juga gelisah karena sakit mata itu.

Pagi itu sempat dilema, akankah aku pergi bekerja dengan kondisi mata seperti ini atau istirahat saja di rumah. Dilema, karena ada pertemuan yang cukup penting yang harus kuhadiri di kantor. Sementara, aku tak sampai hati jika mendelegasikan pertemuan ini untuk dihadiri orang lain (baca: penggantiku). Ada bagian-bagian, yang rasanya harus kusampaikan sendiri. intinya, aku sangat berat untuk tidak masuk kantor di hari itu. Dan akhirnya, aku memaksakan masuk kerja dengan kondisi mata seperti itu.

Tak perlu menunggu untuk sampai ke kantor, untuk mendapatkan konsekuensi dari memaksakan diri itu. Di perjalanan pun, mataku semakin tidak nyaman. Berair dan juga berasa panas. Namun, pilihan sudah kuambil. Kupikir, aku akan sampai di kantor dan mataku akan lebih baik. Alhamdulillah dengan memaksakan diri tersebut, pertemuan yang ingin kuhadiri dapat kulakukan. Namun ya bisa ditebak juga, dengan kondisi mata seperti itu, aku tak bisa optimal menyampaikan apa yang ingin kusampaikan. Berulang kali aku harus ke wastafel dan menyeka mataku. Berulangkali aku juga mengusap mataku dengan tisue ketika berbicara. Sungguh tidak nyaman!

Akhirnya selesai pertemuan, aku langsung memutuskan akan pulang saja dan tak menunggu hingga jam kantor usai. Aku mengaku salah (pada diriku) sudah memaksakan diri hari itu. Namun, dari kejadian itu aku belajar bahwa, selama ini mungkin aku sering  luput dari bersyukur atas nikmat memiliki mata yang sehat. Berbicara di depan umum tanpa perlu berulang kali pergi ke wastafel, tak kusadari adalah sebuah nikmat yang berharga. Pergi kerja melihat berbagai view dengan mata yang tidak gatal dan perih sering luput dari rasa terimakasihku pada Allah. Bangun tidur dengan nyamannya membuka mata juga rasanya kuanggap sesuatu yang otomatis saja tanpa perlu merasa bahagia.

Itu baru hanya tentang mata. Betapa ada jutaan nikmat lainnya dalam jiwa raga ini yang sering luput dari rasa syukur kita. Allah sangat sayang kita para hambanya, namun kita sering lupa atas bentuk sayangNya pada kita. Seperti yang disebut dalam Ar Rahman 13:

“ Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?”

Yuk, kita ingatkan diri agar tidak meluputkan syukur dalam berbagai nikmat pemberian Nya. Jangan tunggu nikmat itu hilang, baru kita sadari keberartiannya.

Artikel Terkait

Artikel Lainnya

Berita Netizen Terupdate
Copyright © 2025 GueBanget.com - All rights reserved
Copyright © 2025 GueBanget.com
All rights reserved